Sedikit cerita, kenapa mesti Remaja ? masih ingat
contoh yang sering kali kita dengar, “kalau pohon itu masih muda maka gampang
bisa kita bengkokkan dan atur,
kalau sudah tua, mau dibengkokkan apa pun, jadi
susah. Salah-salah, justru jadi patah.” Itulah salah satu alasan kenapa,lebih
gampang untuk mengajarkan hal-hal penting, seperti kecerdasan emosionalpada remaja. Apalagi lebih mudah kita belajar kala masih muda.
Alasan kedua, banyak sekarang kita mendengar
kasus-kasus remaja yang semakin heboh. Dari kriminal sampai ke bunuh diri
karena tekanan sangat memprihatinkan. Maka intinya, sebagai remaja kamu mesti
kuat dan siap menhadapi berbagai tantangan yang kian hari kian bertambah besar.
Namun celakanya di sekolah/di tempat belajar lain kadang remaja udah terlalu
disibukkan dengan belajar berbagai mata pelajaran. Jadi kapan kita bisa belajar
mengembangkan karakter ? itulah kenapa training EQ perlu khusunya di saat
SMP/SMA dalam pengembangan kemampuan kecerdasan emosional.
Memang EQ itu tidak mendongkrak prestasi belajar.
Namun, demikian inilah yang kelak menentukan keberhasilan kamu di masa depan.
Jadi selain IQ mu bagus, kamu juga perlu membangun EQ. Selian itu, denagn
kecerdasan emosional yang tinggi, artinya kamu belajar bagaimana mengelola
dirimu dan hubunganmu dengan orang lain menjadi lebih baik (INTRAPERSONAL dan
INTERPERSONAL). Tahapan pertama kamu akan belajar tentang :
1. Bagaimana kamu menjadi lebih
peka dan sadar dengan dirimu, termasuk tujuan hidupmu.
2. Bagaimana mengatur hidupmu
sampai kamu dengan lingkungan dan sekitarmu.
Disni saya sedikit menceritakan beberapa kisah seputar
EQ......
BUKAN HANYA
IQ-MU, TAPI EQ-MU
Tahukah kamu kisah William James Siddis ?
Ia adalah seorang genius yang dianggap pernah hidup di
muka bumi ini. Konon, dikabarkan IQ nya mencapai 250 hingga 300. Wah, sungguh
IQ yang menakjubkan. Bayangkan IQ 140 saja sudah di anggap hebat apalagi sampai
250. Bahkan William ini sudah bisa membaca “new York Times” di usia 2 tahun.
Bayangkan kamu di usia 2 tahun kamu baru bisa ngapain ?
dalam pekembangannya,william mulai berubah. Ia sering
mengasingkan diri. Ia pun tidak punya banyak teman, bahkan dalam dalam berbagai
pembicaraan sering kali ia memaksakan kehandaknya (mungkin karena merasa
pintar).
Seperti apa karir hidupnya ? ternyata orang yang
begitu pintar, hidupnya harus berakhir tragis. William akhirnya menginggal di
usia 46 tahun dalam kondisi miskin, mengganggur, dan terasing. Ia tak pernah
menyelesaikan studinya, mengenaskan bukan ?
Kisah william james siddis seharusnya bisa menjadi
pelajaran buat kamu. Selama ini mungkin kamu sering kali terpaku untuk mengejar
angka-angka dan rangking. Hal itu tidaklah buruk, akan tetapi jangan sampai
kehidupan kecerdasan emosiaonal kamu terbelakang. Jangan seperti William yang
begitu pintar,tetapi terasing dan pada akhirnya dikucilkan. Namun, jangan salah
kata “kalau begitu nggak perlu belajar” itupun salah. Yang kamu butuhkan IQ dan
EQ.
Jadilah remaja yang seimbang, yaitu antara prestasi
akademik dengan kemampuan EQ. Itulah yang pas buat kamu. Jangan sampai kamu
hanya berat sebelah. Sanggupkah ? itulah tantanganmu.
Menutupi
Kekurangan Diri
Ada yang menarik dalam film The Social Network yang
berkisah perjalanan kesuksesan Mark Zuckerberg ketika menciptakn Facebook,
sebuah jaringan komunikasi sosial terbesar di dunia. Ternyata Mark adalah
seorang pemuda yang memiliki masalah dengan pergaulan. Bahkan, kemampuannya
mendekati gadis agak kaku dan bermasalah.
Ironis, bukan ? sang pencipta facebook ternyata
seorang pribadi yang mempunyai masalah dan kesulitan dalam bersosialisasi.
Beruntung Mark dapat menutupi kekurangannya itu dengan kemampuan dan kepandaian
yang luar biasa. Ia adalah seoarng yang tekun, pandai, dam mampu melihat
peluang yang akhirnya mengantarkannya menjadi seorang jutawan di usia muda.
Pertanyaannya, apa kekurangan yang kamu rasakan?
Jangan terlalu dikerdilkan oleh kekuranganmu. Justru
kekuranganmu sebetulnya bisa menjadi tantangan bagimu karena ada begitu banyak
orang yang mungkin terkungkung oleh kekurangan yang kamu rasakan. Mark
menciptakan facebook karena ia bisa merasakan betapa berartinya tidak mempunyai
teman dan sulit bergaul. Ia sendiri mengalami masalah tersebut. Oleh karena
itulah, ketika Mark menciptakan Facebook, ia tahu betul yang dibutuhkan.
Dengan kekurangan yang kamu miliki, kamu bisa
menjadikannya sebagai sarana uantuk menutupinya. Percayalah, banyak orang yang
mengalami masalah yang kamu rasakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar